Khutbah Jumat: Tiga Perkara Yang Membinasakan
Khutbah Jumat: Tiga Perkara Yang Membinasakan ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 7 Shafar 1447 H / 1 Agustus 2025 M .
Khutbah Jumat Pertama: Tiga Perkara Yang Membinasakan
ثَلاَثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Ada tiga perkara yang membinasakan: kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, seseorang merasa bangga dengan dirinya.” (HR. Thabrani)
Pertama, kekikiran
Orang yang kikir pada hakikatnya membinasakan hartanya. Sebagaimana Rasulullah mengabarkan bahwa setiap pagi ada dua malaikat yang Allah turunkan. Yang satu berdoa, “Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang berinfak.” Dan yang kedua berkata, “Ya Allah, berikanlah kebinasaan kepada harta orang yang kikir.”
Orang yang kikir tidak yakin dengan janji Allah bahwa sedekah itu tidak mengurangi harta. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
مَا نَقَصَ مَالُ عَبْدٍ مِنْ صَدَقَةٍ
“Harta seorang hamba tidak akan berkurang karena sedekah.” (HR. Thabrani)
Orang yang kikir, akibat dari cinta harta yang berlebihan di hatinya, ia letakkan cinta tersebut di hatinya sehingga berakar. Ketika ia bersedekah, terasa berat di hatinya. Dia seakan-akan menganggap ketika ia memegang hartanya dan tidak diinfakkan, ia akan menjadi orang yang terpelihara dengan hartanya. Padahal, dengan kekikiran itu justru dia menjadi orang-orang yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Allah tidak suka kepada orang-orang yang kikir.
Maka, orang yang kikir mudah sekali terkena penyakit-penyakit hati. Orang yang kikir mudah terkena penyakit hasad dan dengki. Orang yang kikir terkena penyakit cinta dunia yang berlebihan. Orang yang kikir menjadikan dia gelap mata sehingga akhirnya dia menganggap seakan-akan harta itu segalanya. Maka itu sungguh sangat membinasakan seorang hamba.
Kedua, hawa nafsu yang diikuti
Seseorang hanya mengikuti keinginan dirinya saja, tidak mengikuti keinginan Allah dan Rasul-Nya. Dalam beragama, yang dia ikuti hanyalah keinginan syahwatnya saja. Dia tidak menginginkan untuk ikut kepada Allah dan Rasul-Nya. Bahkan, pengikut hawa nafsu ingin agar syariat itu sesuai dengan keinginannya. Apabila ia mendapatkan syariat yang tidak sesuai dengan keinginannya, maka ia pun tidak mau melakukannya. Ia tidak suka ketika mendengar bahwa riba itu haram. Dia tidak suka ketika mendengar bahwa musik itu haram. Dia tidak suka ketika mendengar bahwa pacaran itu haram. Dia tidak suka ketika mendengar sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya, karena hawa nafsu dan keinginan itulah yang menjadi segala-galanya dalam hidupnya.
Sehingga, Allah menganggap pengikut hawa nafsu adalah manusia yang paling sesat di dunia. Allah berfirman,
…وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ…
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tanpa petunjuk dari Allah?” (QS. Al-Qashash[28]: 50)
Yang mengikuti hawa nafsu, apabila ia menjalankan syariat, dia akan pilih yang sesuai dengan keinginannya saja, adapun yang tidak sesuai dengan keinginannya, dia akan buang dan tolak. Seperti halnya orang Yahudi yang Allah sebutkan,
…أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ…
“Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain?” (QS. Al-Baqarah[2]: 85)
Orang Yahudi beragama akan mengikuti hawa nafsu dan keinginan mereka sendiri. Maka jangan sampai dalam beragama hanya karena mengikuti keinginan, yang menurut kita enak, itu yang kita ambil, yang tidak enak kita tinggalkan. Padahal kewajiban kita sebagai seorang hamba adalah senantiasa taat kepada Allah dan mengikuti keinginan Allah dan Rasul-Nya, walaupun tidak sesuai dengan keinginannya, walaupun tidak enak bagi dirinya, karena bagi dia, keridhaan Allah itu yang segala-galanya.
Khutbah Jumat Kedua: Bangga dengan dirinya
Kemudian yang terakhir, yang ketiga yang membinasakan adalah seseorang bangga dengan dirinya. Bangga dengan hartanya, bangga dengan parasnya, bangga dengan keilmuannya, bangga dengan banyak amal shalihnya, bangga dengan hafalannya, bangga dengan kecerdasannya. Semua itu membinasakannya.
Disebutkan dalam hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
بيْنما رجلٌ يمشِي في حُلَّةٍ تُعجِبُهُ نفسُهُ ، مُرَجِّلٌ جُمَّتَهُ ، إذْ خسَفَ اللهُ بهِ الأرْضَ ، فهو يتجلْجَلُ فيها إلى يومِ القيامَةِ
“Ketika seorang lelaki berjalan dengan mengenakan pakaian yang mengagumkan dirinya, sambil merapikan rambut panjangnya, tiba-tiba Allah membenamkannya ke dalam bumi, dan ia terus diadzab sampai Hari Kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tak layak seorang hamba yang paham bahwa dirinya adalah hamba yang lemah, yang butuh kepada karunia-Nya, untuk merasa bangga diri. Banyak di antara kita ketika membawa mobil yang mewah, karena ia memiliki mobil yang mewah, dia bangga diri. Motornya yang besar, dia bangga diri. Padahal itu semua hanya akan memasukkan ia ke dalam api neraka.
Download mp3 Khutbah Jumat: Mengingat Mati di Awal Tahun
Podcast: Play in new window | Download
Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Khutbah Jumat: Tiga Perkara Yang Membinasakan” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55392-55392/